Sebuah kisah tentang 3 orang yang
sedang jatuh cinta, Jane Dion dan Joe,
Jane adalah seorang wanita
berhati lembut, bersenyum manis dan moody. Akan menjadi sangat pemarah saat
suasana hatinya jengkel, dan menjadi seorang penuh penyabar saat diterpa
masalah. Jane gadis penyuka Cappucino Coffe dan suka dengan tata ruangan cafe
unik sangat menghargai sebuah pengorbanan, dan membenci kebohongan. Jane tidak
memungkiri jika dia menyukai jalan-jalan dikeramaian pasar Modern walaupun
hanya sekedar jalan-jalan, ataupun hanya untuk melihat tingkah laku muda mudi
yang beraneka ragam. Tapi sejujurnya jane sangat menyukai hawa sejuk
pegunungan, impiannya dari kecil adalah tinggal disuatu kota modern diatas
gunung dengan pemandangan indah hehijauan pohon, mendengarkan musik dari
celotehan burung kecil, ataupun menikmati suara riuh air sungai yang mengalir tenang
dari dataran tinggi meleati liuk-liuk tanah yang semakin rendah. Jane gadis
berusia 20 tahun yang sekarang tinggal
di sebuah kota yang sesak dengan manusia. Hari ini sebualan dia genap berusia
20 tahun, seluruh riuh ucapan selamat sudah berahir 1 bulan yang lalu, dan hari
ini dia membaca sebuah 1 ucapan selamat dari seseorang yang tak dikenalinya
melalui akun sosial media miliknya. Jane merasa hal yang konyol ketika ulang
tahunya sudah berlalu 1 bulan yang lalu namun masih saja ada yang mengucap kata
selamat. Dia tertawa terbahak-bahak, namun tak berlangsung lama. Jane segera
mebalas dengan ucapan terimakasih. 3 menit dia melihat-lihat history chat
dengan kerabat lainya. Tanganya melesat cepat
secepat bison yang ada dikotanya. “sreet” tangan Jane terhenti, matanya
meredup, bibirnya bergetar, wajahnya mengelak keatas seperti menahan sebuah air
mata yang akan jatuh membasahi pipinya. “Joe” suara jane mengucap nama joe
dengan lemah.
Joe adalah seorang lelaki yang
dikenalnya 1 tahun yang lalu, Mereka bertemu melalu akun sosial media, keduanya
dekat seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, tanpa sering bertemu, mereka
mencoba memperkenalkan diri masing - masing melalui akun sosial media yang
dimilikinya. Joe seorang pemusik yang terkenal dengan permainan gitarnya. Joe
sangat menyukai music bergenere Jazz, seorang berwajah lonjong berkulit sawo matang dan berpostur kurus. Joe tidak
menyukai keramaian di toko-toko modern dia lebih menyukai hawa sejuk pegunungan,
dan selamanya akan tamapak begitu. Seperti saat 1 tahun yang lalu, ketika Jane
memintanya untuk menemaninya pergi ke suatu Cafe yang kebetulan tempatnya
berada di Departement store di kotanya, dia menolak keras dan mengatakan pada
Jane jika dia tidak menyukai Departement store, dan dia tidak akan pernah
menemaninya. Jane yang tak bisa memaksa hanya bisa mengela nafas, memaklumi Joe
yang memang tak menyukai keramaian Mall. Joe sering tak mementingkan Jane, dia
lebih memilih mementingkan keinginannya, dan Jane hanya bisa mendukung
keinginan Joe. Seperti saat Joe ingin bertemu dengan Jane, Jane selalu
mengiyakan dan meluangkan waktu untuk Joe, namun dengan santainya Joe
membatalkan pertemuan itu hanya karena dia akan pergi mendaki gunung bersama
temanya. Jane hanya bisa mengiyakan dengan nada jutek, dan segera hangat
kembali setelah joe meminta maaf. Jane seperti tak berarti, janji yang dibuat
pertama kali olehnya dan secepatnya mengganti janji dengan yang lain, Jane
sekali lagi hanya bisa mengela nafas mencoba memahami Hobinya.
Satu tahun yang lalu mereka menjadi
sepasang kekasih, Hubungan mereka selalu nampak baik-baik saja dimata Jane. Joe
walaupun seperti itu sangat menyayangi Jane, Memperhatikan Jane walaupun dengan
sikap dingin. Joe juga berhasil mengenali sebagian besar keluarga Jane, dan
keluarga Jane menerimanya dengan baik. Joe sangat sukar mengungkapkan perasaan
langsung, dia sukar untuk menjelaskan, dia lebih suka melupakanya dengan
bersenang-senang.
Seiring dengan berjalanya waktu,
Joe berubah menjadi seorang yang sibuk dengan kegiatan-kegiatanya, sibuk dengan
organisasi barunya, sibuk dengan bandnya, sibuk dengan tugas kuliahnya dan Jane
tetap selalu mendukungnya, “ Joe, aku kekasihmu, bukan penghalang kesuksesanmu,
lakukan apa yang akan membuatmu sukses, jangan hiraukan aku” kata itu selalu
ditujukan pada Joe saat dia sedang sibuk dengan kegiatanya, Jane tak bisa
mencegah dan egois untuk memintanya menuruti permintaanya yang konyol, seperti
meminta meluangkan sedikit waktu untuk bertanya sedang apa? Sudah makan? Atau maaf
. sehingga yang dia lakukan hanya menunggu, menunggu Joe selesai dengan
kegiatanya. Jane tak bisa mengganggu banyak, hanya sekedar mengirim 1 2 pesan
sebagai pengingat saja. Itupun dia lakukan dengan perasaan ragu, “bagaimana
kalau joe menganggap pesan pengingatku sebagai pengganggu? Bagaimana jika
merasa dianggap seperti anak keci? “ pertanyaan itu selalu menghantui
Jane, dia seperti itu karena dia sangat
berhati-hati terhadap Joe, banyak kasus jika lelaki kurang suka diperlalukan
seperti anak kecil, tapi usahanya berhati-hati ternyata salah.
Bulan berganti, kesibukkan joe
semakin menjadi-jadi, dia hampir tak ada waktu untuk sekedar mengirim pesan
pengingat jika dia masih perduli dengan Jane, ataupun pergi menemui jane,
ataupun hanya sekedar datang kekampus. Pada awal pertemuan mereka Joe sangat
rajin kekampus, saat libur kuliah dia tak pulang, dia lebih suka berada
dikampus, dengan Jane tentunya, setiap sabtu dia juga tak pergi kemana-mana,
dia lebih memilih dikampus, bercanda , bermain gitar atauy melakukan aktifitas
lainya. seperti yang dilakukan joe saat hujan dimalam minggu, Jane mengirim
pesan pada Joe jika dia sedang berada dikampus, Jane mencegahnya untuk pergi
karena Hujan, Joe tak membalas apapun, 30 menit berlalu tiba-tiba dia dantang
dengan motor yang sudah basah kuyup oleh hujan, teman-teman Joe menggeleng tak
mengerti, begitu besarkan keinginan bertemu dengan Jane? Hingga hujanpun tak
mampu melawan keinginannya
atau seperti ketika Joe berjanji
pada Jane untuk bertemu hari ini dikampus saat matakuliah Jane selesai, dan
tiba-tiba Joe membatalkanya karena teman-teman masa SMAnya mengajaknya untuk
pergi nongkrong di warung kopi, Jane sangat sebal, bagaimana mungkin dia menjadi
opsi kedua setelah yang lainya, namun saat joe meminta izin pada Jane, dia
hanya bisa tersenyum manis mencoba menerima keinginannya, Jane sempat kesal
ketika mendengar dia sedang bersama soorang gadis dan ternyata itu adalah
sahabatnya, dia menulis kata-kata yang menandakan jika dia sedang jengkel di
akun media sosialnya, Joe merespon begitu cepat “ Apakah kau masih disana?” Joe
mengirim pesan pada Jane, Jane hanya menjawab “iya”, dan pertanyaan selanjutnya
hanya dia jawab dengan singkat menandakan dia sedang sebal, pesan terahir dari
Jane tak dibalas oleh Joe mungkin karena dia kehabisan kata-kata membalas pesan
jutek dari Jane, tanpa balasanan apapun
jam 09.00 malam tiba-tiba Joe datang lagi kekampus menemui Jane, dia mengeluh
lelah dan sakit pada Jane, Jane lagi-lagi tak berdaya untuk marah, Jane kembali
memberinya senyum melegakan untuk Joe, Segera joe mengungkapkan jika dia
merindukan Jane, Jane kembali mempercayainya.
Jane terlalu berhati hati menjaga
perasaan Joe, terlalu berhati-hati agar Joe tidak terluka olehnya, atau Risih olehnya,
tapi ternyata usahanya salah.
Jane berharap berhenti melakukan
permainan perasaan dan berharap Joe adalah pilihan terahir, dia selalu berdoa
pada tuhan “Apakah iya? Tolong tunjukan ya rabb”. Joe mulai berubah, hujan
deras , Panas, Tugas Kuliah atau apapun tak lagi ada artinya, joe tak lagi
datang saat Hujan deras datang, Joe tak lagi menampakkan wajahnya tikungan
parkiran kampus. Joe benar-benar sibuk dengan kegiatanya. Tak banyak yang jane
lalukan, hanya menunggu dan menunggu. Hingga Jane tak mengerti artinya menunggu
lagi. Joe yang susah diajak bicara, Joe yang susah merasa salah, dan susah
dikendalikan membuat Jane berfikir keras, “ Bagaimana cara memulai pembicaraan
? Bagaimana cara meminta penjelasan? Terlalu kasar? Bagaimana jika dia terluka?
Terlalu lembut? Bagaimana jika dia berbohong atau malah tak mau menjelaskan?”
Jane selalu berfikir.
Hari demi hari berlalu, Jane
benar-benar tak bisa menunggu seperti ini, mendengarkan rumor yang membuat
telinganya sakit, berkali-kali meyakinkan hatinya jika semua baik-baik saja,
sedang nyatanya Joe menyibukkan diri agar bisa melupakan Jane, segaja menghapus
ingatanya jika Joe tak memiliki kekasih dan bersenang-senang dengan temanya? Sedangkan
Jane? Dia hanya bisa menangis, menjerit dalam hatinya saja, mencoba melapngkan
dada memaklumi segala hal yang terjadi, mencoba memahami cara berfikirnya,
mungkin joe lelah dan ingin mencari sandaran hati yang baru. Dan Jane segera
mengahiri hubunganya yang begitu singkat.
Bulan baru , hari baru, namun
luka yang sama. Hari ini Jane memutuskan untuk membuka hati untuk orang baru,
Sebut saja Dion. Sang pelaku yang berhasil meluluhkan hati Jane. Dion adalah
lelaki pecinta seni, berwajah lembut, namun berpenampilan seperti preman,
berpostur tinggi dan bersenyum cantik. Dia tak suka membaca, pecinta alam yang
tak memungkiri menyukai jalan-jalan di keramaian pasar modern. Awal pertemuan
Jane sangat mengagumi Dion, melihat Dion seperti cowok paling keren yang dia
temui dalam hidupnya, cowok super dewasa yang menyukai humor. Terkadang terlihat
freak tapi menenangkan. Jane belum sepenuhnya melupakan Joe, tapi dia akan
mencoba menjalani semua dengan Dion dan melupakan Joe secepatnya. Dion adalah
seorang lelaki penuh perhatian, terlihat ketika dia jalan dengan Jane, dia
selalu mendahulukan kesukaan jane dan selalu bertanya apa yang Jane ingin
lakukan, Saat jane sedang menyebrang jalan, Dion selalu berjalan searah mobil
melaju, dion selalu berjalan dibelakang jane, berjaga-jaga jika terjadi apa-apa
dengan Jane. Walapun dion tak mengerti tentang cafe-cafe yang selalu di
ceritakan Jane, dia selalu menawarkanya pergi ke cafe-cafe unik, tak perduli
itu di dalam departement store, tak perduli mahal, ataupun sulit dan harus
menggunakan google maps, Dion sangat menyukai senyum Jane hingga apapun dia
akan lakukan untuk melihat senyum Jane, tak pernah kecewa ketika Jane
membatalkan janji tiba-tiba karena ada urusan keluarga, ataupun gagal nonton
walaupun tiket sudah terbeli, lelaki berhati emas ini berhasil mebuat Joe hilang
dari ingata Jane seketika. Namun saat Musim hujan kembali, semua cerita menjadi
sangat berbeda.
Jane bingung “bagaimana cinta itu
? seperti apa pemahamanya ?” , Joe tiba-tiba kembali bersama hujan , menyesali
sifatnya yang acuh dan tak perduli dengan perasaan Jane, Joe menyatakan jika
dia baru menyadarinya saat Jane pergi, semua terasa aneh, Joe menginginan Jane
kembali, Musim hujan membuat Joe tak bisa melupakan Jane, Musim hujan kemarin
terlalu indah untuk dilewati bersama, Jane terdiam, dia tak bisa memungkiri
Jika Jane masih mencintai Joe, sedang Dion sudah begitu baik , tak mungkin Jane
melukai Dion hanya karena Joe, tapi Jane juga tak bisa melukai Joe, Jane tak
mengerti terkadang dia sangat menyayangi Dion namun disisi lain, dia masih
memimpikan Joe , semakin hari Joe semakin sering terlihat di Kampus, Jane
semakin tak bisa mengendalikan perasaanya, jantungnya berdenyut kencang ketika
berpapasan dengan Joe jangankan berpapasan, mendengar suaranya saja Jane
bergetar. Jane tak mengerti bukankah sebulan kemarin dia Joe terlihat begitu
memuakkan mengapa sekarang menjadi begini?, Rasanya menyenangkan ketika pesan
text dipenuhi dengan obrolan bersama Joe, Menghabiskan senja bersama lagi
seperti 1 tahun yang lalu.
Tuhan.. mengapa aku sangat
bahagia saat bersama Joe, namun sangat nyaman dengan Dion ?
Apakah aku memilih mencitai atau
dicintai?
*To Be Countinue
Download Artikel disini : Download
Download Artikel disini : Download
Tidak ada komentar:
Posting Komentar