Musim hujan telah hadir, hari ini aku pulang dari tempat kerja dengan berjalan
kaki menuju halte pertigaan jalan raya. Bersama senja yang tak dihiasi warna
oranye, hanya abu-abu yang terlihat. Sesekali suara petir terdengar. Tak sempat
lagi menikmati dedaunah hijau sekitar. Hanya hawa dingin menusuk tulang yang
terasa.
Hujan turun dengan derasnya, aku mengambil payung yang telah disiapkan ibuku
tadi pagi. Sembari menunggu angkot datang, aku istirahatkan badanku sejenak,
memandang air yang jatuh dengan tempo yang sama setiap detiknya, angin yang
berhembus kencang menggerakkan daun kekanan dan kekiri seolah-olah merka sedang
menari, para ibu-ibu dan anak-anak sedang berjalan menggunakan payung yang
bermacam-macam motif, anak kecil yang sedang bermain air dengan tawa
bahagianya. Aku tersenyum.. suasana ini adalah suasana terbaik yang aku temui.
Suara klakson yang bisa membuat telingaku sakit membangunkan lamunanku, aku
harus pergi menuju kampus untuk menikuti mata kuliah yang sebenarnya aku belum
faham maksutnya. Sesampainya di kampus hujan telah reda, menyisakan udara
dingin khas pegunungan. Sejuk.. ya.. seperti inilah hawa pegunungan. Aku
menyukai hujan karena dia menyejukkan, seperi seorang lelaki yang aku temui
saat senja.
Aku sering menyebutnya lelaki senja, dimulai dari pertemuan singkat kita
saling mengenal, saling bercanda, saling berbagi informasi, kadang juga saling
membantu mengerjakan tugas. Lelaki itu yang menemaniku kala musim hujan datang.
Tidak hadir namun seperti hadir.
Untuk alasan ini aku menyukai hujan, menikmati senja di temani dengan hawa
pegununganya. Aku berjalan diatas bebatuan yang ditata serapi mungkin dan
disekelilingnya di tanami rumput hijau, berbagai bunga-bunga kecil ikut
berbaris dipingir-pingirnya,lampu taman berwarna oranye dan kursi-kursi
berpayung berjajar rapi menambah kesan nyaman saat hujan mulai mereda.
Sore ini hujan turun, aku duduk di kursi dekat dengan jembatan pasar
kuliner modern, di temani dengan teman-teman baruku, teman yang baru aku kenal
saat menginjak bangku perkuliahan. Dengan formasi ovale, kita duduk bersama
memesan makanan yang disediakan di cafe-cafe kecil yang dikemas seperti
pujasera. Obrolan kecil menambah kesan kehangatan saat hujan. Ditambah dengan
guarauan-gurauan yang menggelitik perut. Lelaki yang sering ku sebut dengan
lelaki senja juga hadir di tengah-tengah obrolan kecil kita, membuat sekat
diantara aku dan teman-teman yang lain.
Lelaki itu yang menemani beberapa bulan terahir, lelaki yang belum pernah
aku temui sifatnya. Lelaki yang sulit ditebak, lelaki ini yang membuatku
merasakan bermacam-macam bentuk rasa, dair rasa yang biasa hingga luar biasa.
Lelaki ini yang menjelaskan jika sesuatu tidak bisa disamakan setiap harinya.
Akan ada perubahan setiap harinya. Entah perubahan yang membahagiakan atau yang
menyedihkan. Dan untuk alasan ini aku pergi..
Mungkin dengan memberikan ruang bebas untuk merasakan rasa yang berbeda
beda, dia akan merasakan berbagai perasaan yang lain seperti yang kudapat
darinnya. untuk alasan ini aku mengikhlaskan..
Cerita baru memberikan kesan warna yang berbeda, bisa jadi dia menemukan
warna yang lebih ceria lagi, seperti anak-anak yang sedang tersenyum dibawah
hujan. Mungkin untuk alasan ini aku bahagia ..
Mungkin karena aku menyayanginya, mungkin karena dia tidak bahagia, mungkin
harus melepaskan, mungkin belum saatnya, ah.. untuk alasan yang bermacam-macam
ini aku pergi ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar